Jumat, 30 November 2012

Negeri Para Bedebah

Judul Buku: Negeri Para Bedebah
Pengarang: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: 2012

di negeri para bedebah, kisah fiksi kalah seru dibanding kisah nyata.

di negeri para bedebah, musang berbulu domba berkeliaran di halaman rumah.

tetapi setidaknya, kawan, di negeri para bedebah, petrung sejati tidak akan pernah berkhianat.

Bertemu dengan bedebah utama, Thomas. Otaknya yang brilian membuatnya sukses menjalani profesi sebagai seorang konsultan keuangan ternama. Sibuk menghadiri konferensi nasional maupun internasional hingga sulit dikejar oleh wartawan sekalipun. Suatu malam, sesuatu di masa lalu mengusiknya dan membahayakan keselamatan keluarganya. Thomas tak punya pilihan. Ia harus menyelamatkan Om dan tante Liem,  serta Opa, keluarganya yang tersisa saat ini sekaligus membalaskan dendam masa lalunya. Sekarang, atau tidak sama sekali.
Dua hari. Hanya dua hari yang dimiliki Thomas untuk meloloskan rencananya. Desakan dan pengejaran semakin mengancam, ia harus membuat rekayasa demi rekayasa, memainkan bidak demi bidak dalam waktu yang teramat sempit. Sendirian melawan konspirasi besar, akankah misi Thomas akan berhasil?
***
Buku Tere Liye yang berbeda dari biasanya. No romance, thriller instead. Petualangan dalam waktu yang amat sempit ini mengingatkan saya akan kekhasan buku-buku Dan Brown. Isu ekonomi yang diangkat dalam buku ini, jelas sekali diambil dari skandal Bank Century. Bahkan menteri yang terlibat pun seorang perempuan. Alasan personal membuat saya tidak suka Tere Liye mengangkat topik ini, hehe.
Tapi terlepas dari itu, buku ini suuuper amazing. Dari covernya saja sudah membuat mata tertarik. Hey, ada musang berbulu domba disitu :D.  Kemudian saat membaca lima lembar pertamanya..jujur rasanya familiar. Mungkin Tere Liye pernah mempublishnya dimana gitu ya.Tapi setelah meneruskan lembar-demi-lembar..konflik semakin seru dan menegangkan. Pantas rasanya buku ini masuk dalam nominasi Khatulistiwa Literature Award tahun 2012 :)

Rabu, 07 November 2012

So, I Married the Anti-Fan


Judul: So, I Married the Anti-fan
Pengarang: Kim Eun Jeong
Penerjemah: Putu Pramania Adnyana
Tahun Terbit: 2012
Penerbit: Haru Publisher

Geun Yong
Apa yang akan kau lakukan bila bernasib sama sepertiku: tiba-tiba saja dipecat sebagai wartawan karena melakukan kesalahan kecil dan konyol. Tentu saja kau tak akan menerimanya semudah itu, bukan?
Saat aku tak bisa kembali ke officetel-ku karena sudah tiga bulan tagihan listriknya tertunggak, Aku malah kehilangan pekerjaan. Ini semua gara-gara Hu Joon. Artis yang selama ini dikenal sopan dan baik hati ternyata brengsek! Dia harus merasakan pembalasanku!
*
Bertemu dengan Geun Yong, reporter, eh, mantan reporter maksud saya, yang berada di titik terbawah di masa hidupnya setelah tak sengaja muntah di sepatu dan mobil artis besar, Hu Joon. Karena alasan itulah dia dipecat oleh atasannya. 
Jobless dan homeless, ia putus asa dan merasa dendam pada Hu Joon. Akhirnya ia memutuskan menjadi anti-fan Hu Joon secara terang-terangan. Hal ini memicu kehebohan dan amarah dari para fans Hu Joon.
Teteapi rupanya bukan hanya fans Hu Joon. Produser Direktur Han, tertarik untuk membuat reality show antara Hu Joon sang artis dengan anti-fannya
*
 Aku tidak akan bisa melakukannya. Meskipun banyak bicara, aku tetap saja tidak pandai berdebat. Pada dasarnya, sifatku memang baik hati dan sopan.. Aku benar-benar tidak percaya bahwa saat mengangkat papan protes untuk menyerang Hu Joon, hidupku langsung kacau dan berantakan...
***
Membaca korean-literature ini membuat saya merasa seperti menonton drama Korea, hehe. Meski saya underestimate pada buku ini pertama kali karena memiliki pendapat seperti itu, namun ternyata makin lama dibaca makin asik juga. Emang pada dasarnya saya suka kisah-kisah seperti itu sih, ya.. . Fun and quick reading too. Karena sekali dipegang, saya ga mau lepas buku ini sebelum habis. Kaya maraton nonton drama korea 16 episode dalam sehari, haha. Empat bintang untuk buku ini :)

Selasa, 06 November 2012

Antologi Rasa

Judul Buku: Antologi Rasa
Pengarang: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit:2011

Satu cerita, empat sahabat, cinta segi empat yang bertepuk sebelah tangan. Satu pertanyaan. What if in the person that you love, you find a best friend instead of a lover?


K e a r a



Were both just people who worry about the breaths we take, not how we breathe.

How can we be so different and feel so much alike, Rul?
Dan malam ini, tiga tahun setelah malam yang membuatku jatuh cinta, my dear, dan aku di sini terbaring menatap bintang-bintang di langit pekat Singapura ini, aku masih cinta, Rul. Dan kamu mungkin tidak akan pernah tahu.
Three years of my wasted life loving you.



R u l y



Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah bahwa sampai sekarang gue merasa mungkin satu-satunya momen yang bisa mengalahkan senangnya dan leganya gue subuh itu adalah kalau suatu hari nanti gue masuk ke ruangan rumah sakit seperti ini dan Denise sedang menggendong bayi kami yang baru dia lahirkan. Yang tidak gue ceritakan ke Keara adalah rasa hangat yang terasa di dada gue waktu suster membangunkan gue subuh itu dan berkata, "Pak, istrinya sudah sadar," dan bahwa gue bahkan tidak sedikit pun berniat mengoreksi pernyataan itu. Mimpi aja terus, Rul.



H a r r i s



Senang definisi gue: elo tertawa lepas. Senang definisi elo? Mungkin gue nggak akan pernah tahu. Karena setiap gue mencoba melakukan hal-hal manis yang gue lakukan dengan perempuan-perempuan lain yang sepanjang sejarah tidak pernah gagal membuat mereka klepek-klepek, ucapan yang harus gue dengar hanya, "Harris darling, udah deh, nggak usah sok manis. Go back being the chauvinistic jerk that I love."

Thats probably as close as I can get to hearing that she loves me.

Dipertemukan dan bersatu karena penempatan perdana di kantor sama. Bertahun-bertahun bersahabat, bertahun-tahun memendam cinta pada sahabat sendiri, yang tak bersambut. Harris Risjad yang mati-matian mencintai Keara. Keara yang terus-menerus memendam rasa pada Ruly, karena ia tahu, cintanya Ruly hanya pada Denise. Meski Denise sudah memiliki suami.

Ya, kata saya empat sahabat kan? Ko yang diceritain cuma tiga? 
Well, karena yang satu memang kurang dominan. Ini cerita tentang empat sahabat, bukan satu sahabat dengan suaminya. Jadi, mau apa lagi? :p
Ehm,oke deh, saya kasih bocoran. 
Denise. Denise itu cantik, kalem, ngayomi, pinter masak. Istri idaman banget deh. Nikah sama Kemal, teman sekolahnya dulu, setelah pacaran singkat. Sayang pernikahannya tak berjalan mulus. Kemal, pacarnya dimana-mana. Makanya, Ruly sampai gemes karena merasa Denise tersia-siakan oleh Kemal.

Dari semua buku Ika Natassa yang pernah saya baca, buku ini yang kayanya paling matang.  Buku ini juga membuat saya banyak mikir. terutama soal fenomena air, haha. Saya salut sama Ika yang berhasil menghidupkan cerita di balik keempat topeng tokoh tersebut. Kisah dan tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya mengalir tanpa ada paksaan. WOW deh pokoknya. Empat bintang untuk buku ini :)

Jumat, 02 November 2012

If I Stay (Jika Aku Tetap di Sini)

Judul Buku: If I Stay (Jika Aku Tetap di Sini)
Pengarang: Gayle Forman
Alih Bahasa: Poppy D. Chusfani
Tahun Terbit: 2011
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Mia, gadis berusia 17 tahun yang memiliki kehidupan yang nyaris sempurna: keluarga yang keren dan bahagia. Dad dan Mom yang rock abis juga adiknya Teddy, si bocah yang cute banget. Lalu ada Adam, pacar (yang oh my keren banget) yang memujanya.  Juga masa depan cerah bagi bakat musiknya. Lampu hijau baginya untuk masuk Juilliard karena kemampuannya memainkan cello yang luar biasa.

Tapi semuanya terenggut dalam sekejap: kecelakaan lalu lintas saat ia dan keluarganya akan berkunjung ke rumah sahabat ayahnya. Ayah dan Ibunya meninggal seketika. adiknya Teddy segera dilarikan ke rumah sakit yang berlainan dengannya. Ia sendiri koma.

Di saat koma itulah, ruhnya bergentayangan dan ia menyaksikan dengan kepalanya sendiri bagaimana parah keadaan dirinya, sibuknya para dokter dan perawat menangani dirinya, dan Gran, Gramps, Kim, serta Adam menunggui dirinya.

“Tidak apa-apa,” 
“Kalau kau mau pergi. Semua orang ingin kau tinggal. Aku ingin kau tinggal lebih daripada apa pun yang kuinginkan di dunia ini.” Suaranya tersekat emosi. Dia berhenti, berdeham, menarik napas, dan melanjutkan. 
“Tapi itu kemauanku dan aku bisa mengerti mungkin itu bukan kemauanmu. Maka aku hanya ingin memberitahumu bahwa aku mengerti jika kau pergi. Tidak apa-apa kalau kau harus meninggalkan kami. Tidak apa-apa jika kau ingin berhenti berjuang.” begitu ujar Gramps kepadanya, melepasnya pasrah.

"Tinggallah."
"Tidak ada kata-kata yang layak mewakili apa yang terjadi padamu. Tidak ada sisi baiknya. Tapi masih ada yang baik dalam hidupmu...
Jika kau tinggal, aku akan melakukan apa saja yang kau inginkan. Aku akan berhenti bermain band, pergi bersamamu ke New York. Tapi jika kau ingin aku menghilang, aku juga akan melakukan itu. Aku tadi bicara dengan Liz dan dia berkata mungkin kembali ke kehidupan lamamu akan menyakitkan, bahwa mana mungkin akan lebih mudah bagimu jika menghapus kami dari kehidupanmu. Dan itu akan sangat menyebalkan, tetapi aku akan melakukannya. Aku sanggup kehilangan kau seperti itu asalkan aku tidak perlu kehilangan dirimu hari ini. Aku akan melepaskanmu. Jika kau tetap hidup." 
Lalu Adam memasangkan headphone pada telinga Mia yang masih terbaring koma. Meminta maaf karena yang ia putarkan bukan lagu favorit Mia, tapi itu yang terbaik yang bisa dilakukan Adam. Lalu cello Yo-Yo Ma, cellist favorit Mia, mengalun...
dan sesuatu dalam diri Mia meletup-letup.

Terjebak antara hidup dan mati, antara masa lalu yang indah dan masa depan yang tak pasti, Mia menghadapi satu hari penting ketika ia merenungkan satu-satunya keputusan yang masih dimilikinya--keputusan terpenting yang akan pernah dibuatnya.Meski ide cerita ruh gentayangan terdengar agak konyol, tapi pengarangnya masih dapat merangkai sebuah kisah yang keren. Takarannya pas. Tragis tapi engga overdramatis, indah tapi engga terasa klise. Empat bintang untuk buku ini :)