Jumat, 31 Agustus 2012

Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

Judul buku: Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
Pengarang: Tere Liye
Tahun Terbit: Januari 2012
Penerbit: Gramedia



"Eh, nama." Akhirnya kalimat itu terlontarkan. Lengkapnya maksud ucapanku, "Nama kau siapa?" Apa daya, ujungnya hilang oleh rasa malu, gugup, dan entahlah bercampur jadi satu. Ternyata tidak mudah menanyakan hal sesederhana ini.
"Nama?" Gadis itu menangkat kepalanya.
"Eh, iya, nama, kamu tahu kalau ada orang yang bernama Rabu Kliwon?"
...
"Kamu tahu, Pak Tua bahkan punya kenalan dengan dua belas nama anak, namanya mulai dari Januari, Februari, Maret, hingga November, Desember. Ada-ada saja." Aku tertawa, berusaha memberi contoh yang lebih lucu, siapa tahu gadis itu ikut tertawa.
Gadis itu tetap tidak tertarik, malah menggeleng.
...
"Namaku Mei," gadis itu berkata pelan ....
"Eh? Apa?" Aku menatap gadis itu, belum mengerti.
"Namaku Mei, Abang." Gadis itu beranjak berdiri. "Meskipun itu nama bulan, kuharap Bang Borno tidak menertawakannya. Terima kasih buat tumpangannya."
Alamak? Tinggallah aku ternganga macam orang sakit gigi di buritan perahu.
---
Begitulah awal perkenalan Borno dengan Mei. Menjadi salahsatu momen paling berwarna dalam lika-liku hidup Borno , bujang berhati paling lurus se-tepian Sungai Kapuas. Kemudian untungnya, perkenalan kikuk tersebut tidak serta-merta mengakhiri kisah cinta yang belum lagi dimulai. Perjuangan Borno dalam mengejar Mei membuahkan hasil: mereka berbaikan dan kisah cinta yang malu-malu pun berkembang. Sayangnya, belum lagi berkembang, harus berakhir saat Mei menutup diri dan tiba-tiba pindah ke Surabaya.

Kisahnya dalam mencari cinta dan tujuan hidup, benarlah penuh perjuangan. Namun kisah pejuang yang berhati lurus ini, sungguh sangat mudah dicerna, menyentuh, dan memikat hati semua pembacanya :)
---
"Cinta sejati selalu menemukan jalan, Borno. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. Tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan...."
(hal. 94)

Cross My Heart and Hope to Spy (Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-Mata)



Judul: Cross My Heart and Hope to Spy (Sumpah, Aku Mau Banget Jadi Mata-Mata)
Pengarang: Ally Carter
Alih bahasa: Alexandra Karina
Penerbit: PT Gramedia Utama
Tahun Terbit: September 2009

Cammie adalah salah seorang murid sekaligus anak dari Kepala Sekolah Akademi Gallagher—yang orang-orang tahu adalah sekolah asrama untuk cewek-cewek kaya. Tapi, umm, terlepas dari penampilan luar sekolah tersebut yang wah, ternyata ada sesuatu yang lebih wah lagi yang mereka sembunyikan.
Mata-mata. Ya, semua Gallagher Gilrs—tanpa kecuali—dididik menjadi mata-mata. Ya, Akademi Gallagher adalah sekolah mata-mata. Satu-satunya di dunia!
Setidaknya begitulah yang diketahui Gallagher Girls. Sampai Cammie, dan Macey tidak sengaja menguping pembicaraan rahasia antara Kepala Sekolah dengan Mr. Solomon, guru terkeren di Gallagher. Sampai mereka, digagalkan dalam misi antipengintaian—oleh kau tahu—mata-mata yang bukan dari sekolah ini! Mereka murid mata-mata dari sekolah lain!
***
Hem, sejujurnya saya salah nih ngga baca dari buku pertama. Apadaya yang didiskon di gramedia hanya buku kedua dan keempat J. Serial ini populer, banyak rekan goodreaders yang suka. Sayang disayang, ternyata baca serial ini dari pertama itu penting, karena ada beberapa yang saya ngga ngerti saat baca buku ini karena sudah diceritakan di buku pertama. Yah, kalo lagi beruntung, kalo ga sengaja ketemu buku yang pertama, pasti saya akan meluangkan waktu untuk baca J

Senin, 13 Agustus 2012

Sewindu Dekat Bung Karno


Judul: Sewindu Dekat Bung Karno
Penulis: Bambang Widjanarko
Penerbit: Gramedia
Tahun Terbit: 2010

Bung Karno (BK) sebagai proklamator, sebagai tokoh politik nasional dan internasional telah banyak ditulis orang. Dalam pelajaran sejarah, kita telah mempelajari sepak terjang BK dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankan persatuan bangsa Indonesia. Namun BK sebagai manusia biasa, tak banyak yang tahu.
Bambang Widjanarko adalah seorang dari yang sedikit itu. Satu windu mendampingi BK sebagai ajudannya yang loyal, banyak sisi-sisi manusiawi BK yang terkuak dalam buku ini. Bagaimana BK harus pandai bermain kucing-kucingan demi menjaga perasaan para istrinya yang menuntut perhatian yang sama. Bagaimana BK dapat merasa kesepian meski selalu dikelilingi oleh banyak orang. Bagaimana BK dapat dengan bijak memaafkan kesalahan bawahan, di lain pihak ia dapat meledak saat diremehkan. Bahkan pernah pula ia menangis tersedu. 
Berbagai frame-frame kenangan akan Bung Karno, diceritakan oleh Bambang Widjanarko dengan simpel, ringan, namun memikat. Ada rasa lucu, bangga, juga haru saat membaca buku ini. Juga air mata saat saya membaca penggalan akhir buku ini, saat beliau begitu terpukul menerima putusan digantinya BK dari jabatan presiden. Setelah lama duduk diam tanapa sepatah katapun, ia berkata: "Aku telah berusaha memberikan segala sesuatu yang kuanggap baik bagi nusa dan bangsa Indonesia."
Satu yang saya kagumi, betapa sederhana terpancar jelas dari kepribadiannya. Sekelumit pesan BK  mengenai keinginannya dalam peristirahatan terakhir: 
"Aku ingin beristirahat di antara bukit yang berombak-ombak dan dalam ketenangan. Hanya dalam keindahan dari tanah airku yang tercinta dan dalam kesederhanaan dari mana aku berasal.
Apabila aku telah mencapai sesuatu selama di atas dunia ini adalah karena rakyatku. Tanpa rakyat aku tidak berarti apa-apa. Kalau aku mati, kuburkanlah menurut agama Islam, di bawah pohon yang rindang, dan di atas batu kecil yang biasa sekali engkau tuliskan kata sederhana: DI SINI BERISTIRAHAT BUNG KARNO, PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT INDONESIA."
Bintang empat untuk buku ini. Andai saja buku ini lebih tebal, lebih banyak lagi kisah yang diceritakan, mungkin saya akan nyandu buku ini dan memberikan lima bintang tanpa ragu :)