Sabtu, 23 Juni 2012

Blink!

Judul Buku: Blink * Kemampuan Berpikir Tanpa Berpikir
Penulis: Malcolm Gladwell
Penerbit: Gramedia
Tahun Terbit: November 2009 (Cetakan kesembilan)


Blink : it's all about snap judgement and thin slicing. Seringkali keputusan-keputusan besar yang kita buat dalam sepanjang usia kita, sebenarnya hanya ditentukan oleh dua detik pertama saat kita mengamati sesuatu. Blink! Dan pertimbangan-pertimbangan yang kita lakukan selanjutnya ditentukan oleh dua detik pertama tersebut. Dia yang menentukan arah keputusan mana yang kita ambil pada akhirnya.
Yang perlu diwaspadai adalah; dua detik pertama ini dapat membawa kita pada putusan yang tepat, atau bahkan menyesatkan kita. Seorang pakar benda mampu mengenali barang antik palsu dalam sekali lihat; di lain pihak, polisi bisa saja menembak mati seorang yang tak bersalah. Semuanya tergantung dari apa yang tertanam dalam pikiran alam bawah sadar kita. Seringkali dua detik pertama anda akan menyesatkan, dikarenakan faktor generalisasi seperti: orang berkulit hitam adalah penjahat, lelaki biasanya bekerja dan wanita di rumah, dan sebagainya. Blink yang murni, yang membawa kita pada penilaian yang benar, dapat diperoleh jika kita membiasakan diri untuk seobjektif mungkin dalam menilai setiap hal.



Well itu kira-kira yang bisa saya rangkum untuk teman-teman :)

Sabtu, 16 Juni 2012

Sebelas Patriot

Judul: Sebelas Patriot
Pengarang: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang Pustaka
Tahun Terbit: Juni 2011 (cetakan pertama)

Betapa ajaib sepakbola. Olahraga ini seperti memiliki seribu wajah yang ditatap oleh seribu wajah pula. Di beberapa tempat dia bermetamorfosis menjadi semacam agama baru...
Semua hal ada dalam sepak bola. Trompet memekakkan, kembang api yang ditembakkan, dan api suar yang dilambai-lambaikan dari atas pagar pembatas oleh lelaki kurus tak berbaju itu adalah perayaan kegembiraan. Bendera raksasa yang berkibar-kibar adalah psikologi. Mars penyemangat yang gegap gempita adalah seni. Orang-orang yang duduk di podium kehormatan--di tempat paling nyaman menonton bola-- adalah politik, dan orang-orang berdasi yang sibuk dengan telepon genggamnya di belakang jajaran politisi itu adalah bisnis.
Lelaki kurus tadi, yang sehari-hari berdagang asong di gerbong kereta listrik Bogor-Jakarta, menabung lama demi membeli tiket menonton PSSI lalu berteriak mendukung PSSI sampai habis suaranya, hingga peluit panjang dibunyikan, adalah sebuah keikhlasan. Para pemain menunduk untuk berdoa adalah agama. Penjaga gawang memeluk tiang gawang sebelum bertanding adalah budaya. Ratusan moncong kamera yang membidik lapangan adalah sejarah. Ayah yang membawa anak-anaknya untuk menonton bola adalah cinta. Bocah-bocah murid SD Inpres di pinggiran Bekasi yang patungan untuk menyewa angkot, berdesak-desakkan di dalam mobil omprengan demi mendukung PSSI adalah patriotisme. Catatan skor pada papan elektronik raksasa yang ditatap dengan perasaan senang yang meluap-luap atau kecemasan yang tak terperikan adalah sastra yang tak ada bandingnya. 
Menjadi penggila bola bearti menjadi bagian dari keajaiban peradaban manusia. (Andrea Hirata, hal. 96-98)

***
Satu-dua kelumit paragraf inilah yang akan disampaikan oleh Andrea Hirata dalam buku ini. Masih berlatarkan masa kecil Ikal di Belitong, Andrea mengupas sisi kehidupan Ikal yang lain. Jadi, tak hanya melulu kisah Ikal dengan laskar pelanginya di SD Muhammadiyah, namun juga sisi lain yang melekat dalam hidupnya: sepakbola.
101 halaman yang dilalui untuk mengantarkan kita pada akhir cerita, rasanya cepat! Gaya penceritaannya yang khas: mengalir, diselipi humor, namun tak ketinggalan makna yang dalam. Empat bintang untuk buku ini :)

Rabu, 13 Juni 2012

The Espressologist

Judul Buku: The Espressologist
Temukan cinta dalam secangkir kopi favoritmu
Pengarang: Kristina Springer
Penerjemah: I Gusti Nyoman Ayu Sukerti
Penerbit: Qanita
Tahun terbit: Januari 2012

Hai, aku Jane Turner, seorang barista di Wired Joe's. Entah bagaimana asalnya, secara naluriah aku bisa menebak kepribadian seseorang melaluikopi pilihannya. Ehm, tunggu, bahkan aku dapat menebak kopi apa yang akan dipesan begitu melihat orangnya. Hebat ga sih? Awalnya aku hanya menyimpannya diam-diam dalam buku catatanku. Lalu aku iseng mencoba menjodohkan temanku melalui kopi favorit mereka. Gavin si iced vanilla latte dengan Simone si penyuka dry cappucino, dan ternyata sukses besar!! 

Sampai akhirnya catatanku ketahuan oleh Derek, manajerku yang menyebalkan itu, karierku sebagai Espressologist (ya, panggil aku begitu ;) ) pun dimulai. Kini, setiap Jum'at aku harus duduk manis melayani mereka yang ingin mencari cintanya. Ternyata urusan mudah! Bahkan tak jarang terjadi pasangan langsung jadi di tempat. Tak pelak lagi, toko kami populer! Aku sempat canggung saat melihat antrian mengular bahkan sebelum Wired Joe's dibuka. Semua orang di kota membicarakanku, mereka yang belum punya pasangan datang kepadaku, dan tiga host TV ternama, Gabby Gilrz, mewawancaraiku. Cool, isn't it?

Cuma satu hal yang kurnag: pasangan untukku sendiri. Well, aku sudah punya target ko. Meski kalau dilihat dari kopi favorit, kami tidak cocok-cocok amat, tapi..tetap saja dia harus menjadi milikku.
Dan Jum'at ini, di depan mata semua orang, dengan siaran langsung dengan Gabby Girlz, dia akan akan kujodohkan,denganku sendiri :)

***
Hem, the espressologist. Saya kira buku ini agak serius..maksudnya, pengarangnya benar-benar riset, dan setiap jenis kopi menggambarkan personality sesorang secara menyeluruh berdasar riset yang valid. Tapi ternyata, ini imajinasi penuh dari pengarangnya. Yah tapi, tetep asik ko bukunya buat dibaca :D

Jumat, 01 Juni 2012

Rembulan Tenggelam di Wajahmu

Pengarang: Tere Liye
Penerbit: Republika
Tahun Terbit:Januari 2012 (Cetakan VIII)