Selasa, 31 Januari 2012

Aggelos



Judul Buku: Aggelos
Pengarang: Harry K. Peterson
Penerbit: Mizan 
Tahun Terbit: Cetakan 1, Mei 2010

Need


Judul Buku: Need
Writer: Carrie Jones
Year Published: 2010

Senin, 30 Januari 2012

Hujan dan Teduh




Hujan dan Teduh
Pengarang: Wulan Dewatra
Penerbit: Gagas Media
Tahun terbit: 2011


Aku dan kamu, seperti hujan dan teduh.
Pernahkah kau mendengar kish mereka? Hujan dan teduh ditakdirkan bertemu, tetapi tidak bersama dalam perjalanan. Seperti itulah cinta kita. Seperti menebak langit abu-abu.

Minggu, 29 Januari 2012

Abarat #2: Days of Magic, Nights of War



Judul Buku: Abarat #2: Days of Magic, Nights of War
Pengarang: Clive Barker
Tahun Terbit: 2007
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Sabtu, 28 Januari 2012

2



Judul Buku: 2
Penulis: Donny Dhirgantoro
Penerbit: Grasindo

"Ini bulutangkis, dan Ini Indonesia, di mana impian dibawa ke dunia nyata."

Jumat, 27 Januari 2012

Pride and Prejudice



Judul Buku: Pride and Prejudice
Pengarang: Jane Austen
Penerbit: Qanita

Kamis, 26 Januari 2012

Botchan




Judul Buku: Botchan
Penulis: Natsume Soseki
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Cetakan keempat Januari 2010


Sejak aku kecil, kecerobohan alamiku selalu memberiku masalah.

Rabu, 25 Januari 2012

Cinta, Sebuah Rumah untuk Hatimu


Judul: Cinta, Sebuah Rumah untuk Hatimu
Penulis: Ollie
Penerbit: GagasMedia
Tahun terbit: 2010

Selasa, 24 Januari 2012

99 Cahaya di Langit Eropa


Judul Buku: 99 Cahaya di Langit Eropa
Penulis: Hanum Salsabiela Rais & Rangga Almahendra
Penerbit: Gramedia
Tahun Terbit: 2011

The Alchemist


Judul Buku: The Alchemist
Penulis: Paulo Coelho
Alih Bahasa: Tanti Lesmana
Tahun Terbit: Maret 2011 (cetakan kesebelas)
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Naah kalo ini baru buku pembangkit motivasi, yang nyimpen banyak semangat dalam buku ini :), tokohnya ngga ngeluh ga ngeratapin nasib sampe nyalahin orang segala u.u

Mengisahkan perjalanan Santiago, pemuda pengembala yang mengikuti mimpi dan suara hatinya. Berawal saat terbangun di gereja kecil yang terbengkalai, menemui gypsy, bertemu pula dengan seseorang yang kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Raja Salem, kemudian berkelana melintas benua, bertemu banyak rekan, banyak dunia, berbagai karakter; satu mimpi, satu tujuan, dan satu cinta. Juga berkesempatan melakukan perjalanan dengan seorang alkemis yang mengajarinya mengenai Jiwa Dunia, cinta, kesabaran, dan kegigihan.

***

Senin, 23 Januari 2012

The Thirteenth Tale




Judul Buku: The Thirteenth Tale
Penulis: Diane Setterfield
Alih Bahasa: Chandra Novwidya Murtiana
Tahun terbit: 2006
Penerbit:  Gramedia Pustaka Utama

Minggu, 22 Januari 2012

Refrain



Judul: Refrain, Saat Cinta Selalu Pulang
Pengarang: Winna Efendi
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2010 (Cetakan Keempat)
 

Excuse-moi


Judul: Excuse-moi
Penulis: Margareta Astaman
Penerbit: Kompas
Tahun terbit: 2011 (Januari)

Janggal nggak sih liat buku ini? Judul Prancis ko cover-nya Tionghoa. Kenapa kenapa kenapa cobaa?
Ini seri buku Margarita's Chat, kelanjutan dari After Orchard (yang saya belum baca). Sementara After Orchard (yang katanya) mengupas kehidupan Margie--sapaan untuk sang penulis--saat kuliah di NTU Singapore, Excuse-moi adalah hasil perenungannya tentang kehidupan dirinya sebagai ras Tionghoa di Indonesia. Yang meski sudah berpuluh-ratus tahun beranak-pinak disini, tetap dianggap sebagai tamu. Di tanah yang telah dianggapnya rumah baginya, bahkan tumpah darahnya, ia malah dianggap asing. Karena dia mau mengupas tentang SARA (khususnya Ras, dan sedikit menyinggung hubungan antarumat beragama), maka ia izin terlebih dahulu, "Excuse-moi!!" Jadi jangan tersinggung atau marah saat baca buku ini, karena dia sudah bilang permisi :).
Gayanya yang ceplas-ceplos, apa adanya, tapi ngga provokatif, mampu membuat mata saya terbuka tentang keberadaan kaum Tionghoa di negeri ini. Mampu menjawab pertanyaan saya, saat-saat saya pertama di ITB yang memang banyak slanted-eyes nya: Kenapa saat baru kenal mereka suka balas senyum canggung saat saya sapa, begitu cepat akrab dengan sesamanya tapi canggung dengan yang lain. Katanya Margie di halaman 59, "Bagaimana caranya menjelaskan pada pihak yang tidak pernah merasakan, betapa validnya ketakutan untuk tidak diterima karena berbeda?" Belom kenal saja, sudah dianggap pelit lah, sok ekslusif lah.
Lalu Margie juga menyuarakan pendapatnya saat ada pandangan umum kalo perekonomian Indonesia sudah dikuasai para Cina, ga bagi-bagi sama pribumi. Pernahkah terpikirkan, gimana ngga, bagi keturunan Tionghoa,khususnya di negara ini, untuk bermimpi saja didiskriminasi. Mimpi jadi presiden saja ga boleh, karena presiden RI harus orang Indonesia asli, dan berarti itu bukan Cina meskipun bagi mereka turun-temurun tinggal dan hidup di sini. Mau masuk jurusan jurnalistik aja dilarang sama dekan, ga akan laku katanya. Cina disini cuma boleh jadi pedagang dan profesi lain yang sudah dilabeli masyarakat: profesi para Cina. 
Margie disini menyuarakan hal yang selama ini hanya diketahui kaumnya saja: saat kami lahir di sini, nasionalis sudah telanjur meracuni, mengapa kami masih terdiskriminasikan disini? We are here to stay, can't we act like a local? Gitu kira-kira yang saya tangkep.
Sejujurnya memang saya ngga peka dengan urusan ini. Semasa SD bermain-main dengan anak cina,ups, tionghoa kompleks sebelah, bersekolah di SMP yang lokasinya merupakan wilayah Cici-Engkoh, jujur ngga ada isu-isu yang menjelek-jelekkan mereka. Hanya saja memang hati rasanya jauh saat berpapasan atau melihat mereka dari jauh. Rasanya beda dunia. Kenapa pun saat itu saya ga tahu. Tapi semenjak saya baca buku ini, rasanya saya jadi terbekali gimana kalau mau berinteraksi sama mereka (sekarang udah jarang liat lagi, hihi. Sejak saya pindah ke STAN kan ganti jadi komunitas kaum Jawa).
Ini buku barang bagus loh, kalo ngga bagus Amoy Margie juga ga akan jual ini buku :)). Very-recommended buat dibaca!!
dan maaf kalo mungkin bahasa saya menyinggung untuk berpotensial disinggung, ga ada maksud dan kurang paham. Excuse-moi!!


Rain Affair (Ketika Hujan Aku Jatuh Cinta)


Judul Buku: Rain Affair (Ketika Hujan Aku Jatuh Cinta)
Pengarang: Clara Canceriana
Penerbit: Gagas Media
Tahun Terbit: 2010

Madre: Kumpulan Cerita



from bukukita.com


Judul Buku: Madre
Pengarang: Dee
Tahun terbit: 2011
Penerbit: Bentang Pustaka


Madre ini merupakan antologi ketiga Dee setelah Filosofi Kopi dan Recto Verso, hasil fusi antara beragam pertanyaan dan perenungannya selama lima tahun terakhir. Antologi ini terdiri dari total 13 karya fiksi dan prosa yang sukses membuat saya tenggelam menghayati tulisannya. Bintang buku ini, ya tentu saja Madre.
“Apa rasanya jika sejarah kita berubah dalam sehari?
Darah saya mendadak seperempat Tionghoa,
nenek saya ternyata seorang tukang roti, dan dia,
bersama kakek yang tidak saya kenal,
mewariskan anggota keluarga baru yang tidak pernah saya tahu: Madre.”
Itu yang tertulis di cover buku belakang. Sekilas saya mengira Madre adalah seseorang. Ternyata bukan, euhm well, meski dia memang hidup. Pembukaan kisah yang menarik saat Tanse sang tokoh utama membatin "Siapa kamu? Kenapa aku?" ketika mendengar ia diwarisi sesuatu oleh orang yang belum pernah dikenalnya. Saya spontan menyelami tokohnya dan menikmati diri menjadi seorang Tansen selama menelusuri kisah Madre tersebut: terdampar, mengenal biang, tahu-tahu harus memegang tanggung jawab, memasuki dunia baru, dikelilingi komunitas jompo, lalu dibantu seorang profesional. Saya tidak terlalu menyelami kisah cintanya karena tentu saja Mei bukan tipe saya, terlebih dia wanita =,=.


*sebenarnya selama membaca ini, saya menghayati jiwa Tansen namun entah mengapa yang terbayang jadi Tansen adalah seorang kawan asing, yang terdampar di makrab kelas saya kemarin lalu. Tampangnya pas kita acara kumpul bareng itu pas gitu rasanya, seems like lost in somewhere, haha. 

Di akhir kisah, Tansen menulis:
"...Rumah adalah tempat dimana saya dibutuhkan..." 
Euhm, while i was reading it, i feel like i'm lost right then..

yasudahlah.
dan satu poin penting: gara2 masang setting pertokoan zaman dulu, saya jadi ngiler dan pengen banget nyicipin Es Krim Ragusa yang di Gambir itu :9

Kisah yang paling saya nikmati setelah Madre adalah Menunggu Layang-Layang. Yang pertama, saya selalu menganggap kedua orang yang bisa kompak berteman meski sifatnya berkebalikan itu keren. Saling menerima, saling tahu posisi, saling menjaga batas dan privasi, namun tetap hangat. Lalu perkembangan selanjutnya, bukannya ngga terduga sih, tapi saya tetep aja kaget saat Che 'terperangkap' oleh Starla. Ya bedanya sama Madre, Menunggu Layang-Layang ini asik buat hiburan aja. 

Ohya, satu poin menarik yang dituangkan oleh Dee dalam Rimba Amniotik. Iya ya, sebelum kita hidup di duniakan kita semua hidup di alam ruh. Geli saya membayangkan sewaktu di alam ruh itu saya berkawan dengan yang lain. Lalu saya mendapat anugerah untuk hadir terlebih dahulu di dunia, lalu kawan ruh saya itu mendapat giliran hadir di dunia melalui rahim saya.

Untuk prosa, saya suka mayoritas gaya Dee dalam menuangkan idenya. Diksinya sederhana namun dalam dan maknanya luar biasa menakjubkan (lebay). Prosa yang paling saya suka, Wajah Telaga :). Jangan ditanya: I just do.

*rate it 4 stars for Goodreads :)

The Boy Who Ate Stars



Judul Buku: The Boy Who Ate Stars
Pengarang: Kochka
Terbit Agustus 2008
Penerbit Gramedia

"Tahu tidak," Marie melanjutkan, "hidup di dunia berarti memandang satu sama lain, dengan cara yang sama seperti bumi bergerak mengelilingi matahari. Begitulah cara kerja tata surya. Tapi orang autistik itu seperti planet tersendiri yang kebetulan saja mendarat di sini, dan bukannya memandang para penghuni bumi lainnya sementara dia bergerak di sekeliling mereka, dia berpusar di dalam dirinya sendiri. Jadi, dia menjadi sistem planetnya sendiri, dan usaha untuk menjangkaunya sama sulitnya dengan naik komidi putar ketika wahana itu sudah bergerak."

Ai: Cinta Tak Pernah Lelah Menanti


Natsu
Cinta seperti sesuatu yang mengendap-endap di belakangmu. Suatu saat, tiba-tiba kau baru sadar, cinta menyergapmu tanpa peringatan.
mencintai, dalam bentuk apapun memang menyakitkan.

Sei

tidak, mencintai adalah hal yang paling indah di dunia ini, terutama ketika kau melihat orang yang kau cintai bahagia.
Aku mencintai Ai. Tidak tahu sejak kapan--mungkin sejak pertama kali dia menggenggam tanganku--aku tidak tahu mengapa, dan aku tidak tahu bagaimana. Aku hanya mencintainya, dengan caraku sendiri.
Ai, sudah terlambatkah aku untuk mencintaimu?

Ai
Aku bersahabat dengan Sei sejak kami masih sangat kecil. Saat mulai tumbuh remaja, gadis-gadis mulai mengejarnya. Entah bagaimana, aku pun jatuh cinta kepadanya, tetapi aku memilih untuk menyimpannya. Lalu, datang Shin ke dalam lingkaran persahabatan kami. Dia membuatku jatuh cinta dan merasa dicintai.
Jika aku jatuh cinta pada Sei, bukankah aku sudah mengkhianati Shin?

Shin
"Hal terpenting dalam cinta adalah persahabatan, dan hal terpenting dalam persahabatan...adalah cinta."
Selamat Tinggal. 

Divortiare


Judul Buku: Divortiare
Pengarang: Ika Natassa
Penerbit: Gramedia
Tahun terbit: 2008

Commitment is a funny thing, you know? It's almost like getting a tattoo. You think and you think and you think and you think before you get one. And once you get one, it sticks you hard and deep.

Menceritakan kehidupan Alexandra, 29 tahun, seorang workaholic banker yang telah bercerai dari Beno, seorang dokter spesialis jantung. Lexy, begitu panggilannya, menjalani hidupnya dengan membawa bekas luka hatinya--sebuah tato bertuliskan BENO, meski dua tahun telah berlalu sejak perceraiannya. 

"Our scar has a way to remind us that the past is real."

Lexy mengira selama ini ia telah kecewa karena orang yang pernah ia cintai hanya bisa menyakitinya, maka membenci Beno selalu jadi pilihan yang benar. Karirnya cerah, kehidupan sosialya baik dan Lexy merasa telah moved on dan baik-baik saja. Sampai ia didesak oleh Wina dan Ryan, sahabatnya untuk move on dan membuka hatinya untuk lelaki lain dan dicomblangin dengan Denny, teman jalannya semasa kuliah dulu. Sikap Denny yang berbeda 180 derajat dengan Beno membuatnya sempurna di mata Lexy.

Ya, dia sempurna dan dia bukan Beno.
dia sempurna tapi dia bukan Beno.

Sadar tak sadar, ternyata bukan hanya bekas lukanya yang ia bawa hingga saat ini, melainkan juga perasaannya yang tidak pudar terhadap Beno. Ia kira selama ini telah move on, namun nyatanya...
***
Nanananana. Sepanjang novel ini saya dihadapkan dengan tokoh Lexy, 29 tahun tapi masih suka galau. Sepanjang cerita dia nyerita betapa bahagianya dia sama Denny tapi entah kenapa nama Beno selalu menyertai buat dibandingin. Beno selalu ada dalam ingatannya, tapi dia ngga mau ngaku kalau Beno masih mempengaruhi kehidupannya sendiri. 
Tema novel yang ngga biasa menurut saya, dan itu menjadi daya tarik tersendiri. Divortiare. Divorce. Karakter tokoh juga konflik yang real dan natural, serta tutur bahasa yang asik membuat buku ini enak dibaca. Enak buat refreshing atau jadi time-killer.

Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin


Judul: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
Pengarang: Tere Liye
Penerbit: Gramedia

"Ibu pergi untuk mengajarkan sesuatu...
Bahwa hidup harus menerima... penerimaan yang indah.Bahwa hidup harus menerima... pengertian yang benar.Bahwa hidup harus memahami... penerimaan yang tulus.Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan." (Tere Liye, 196-197)

Satu lagi karya Tere Liye yang (baru) saya baca. Buku ini dibawakan secara sederhana, tak banyak konflik, tidak menggunakan bahasa langit, namun sukses menyampaikan makna yang dalam kepada para pembacanya. Para tokohnya rasional dalam memainkan perannya masing-masing, tidak absurd dan tidak picisan sehingga saya lebih enjoy dan menghayati kisahnya.

Mengisahkan tokoh Tania, seorang anak jalanan yang ditolong oleh dia, sang malaikat bagi keluarganya. Dikenalkan pada dunia baru, menghabiskan memori bersama, hingga akhirnya Tania tumbuh besar bersama perasaan cinta kepada sang malaikat itu. Namun perasaan tak layak, tak pantas, juga realita bahwa ada seseorang istimewa di samping dia, memaksa Tania untuk membunuh harapan yang timbul dari benih-benih cintanya tersebut.

"Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya."
"Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah kemana. Dan kami akan mengerti, kami akan memahami... dan kami akan menerima."
Hingga akhirnya saat harapan itu berhasil dia enyahkan, ternyata keadaan mereka tidak juga bertambah baik. Bahkan sebaliknya.
***
"...Aku sungguh tak layak mencintainya.. tak pantas menukar semua kebaikan yg kulakukan dengan cintanya.. dia tidak lebih, tidak kurang adik angkatku.. dan hingga kapanpun akan tetap jadi adik angkatku yg periang.. aku sungguh tidak layak mencintainya... maka biarlah kubakar seluruh perasaan.. biarlah seperti daun yang jatuh.. biarlah seperti daun yg jatuh, yg tidak akan pernah membenci angin meski terenggutkan dari tangkainya..." (dari blog Tere Liye, http://darwisdarwis.multiply.com/journal/item/194/daun_yang_jatuh_tidak_pernah_membenci_angin...)
***
Membaca buku ini, saya jadi serem *loh kok?

Ya, karena buku ini mengisahkan dua orang yang sama-sama mencinta, namun juga sama-sama bertepuk sebelah tangan. Tak tergapai, tak tercapai. Betapa dua orang ini berusaha membunuh perasaannya sejak awal dengan rasionya, namun nyatanya cinta tak rasional. Mengakar kuat begitu saja, meski setiap cabang perasaan yang tumbuh dipangkas habis, nyatanya kembali tumbuh kembali dengan cabang yang lebih banyak. Sesuatu yang tidak terkendali inilah yang membuat sakit pada akhirnya. Dia menafikan perasaan itu, merasa baik-baik saja namun tak diduga perasaan itu justru membunuhnya pelan-pelan, menghantarkan rasa hampa tanpa dia sadari.

Jadi maybe pesannya adalah, jangan coba-coba menyepelekan perasaan. Jika ingin ditangani, harus dengan kesadaran tinggi, karena bersikap meremehkan atau memunafikan malah akan membuatnya semakin tidak terkendali dan membuatnya tidak terkalahan #naon haha.

Ilana Tan: Four Season with Love

Review buku yang pertama di blog ini :)
Actually i read it several months ago, tapi dalam rangka mendedikasikan diri bergabung dalam BBI (Blogger Buku Indonesia), saya pindahin semua review yang pernah saya bikin ke sini. So, enjoy :)


Kisah berbeda, alur berbeda, latar berbeda. Namun para tokoh utamanya ini berkaitan satu sama lain. Di Summer in Seoul misalnya, tokoh utamanya adalah Jung Tae Woo dan Sandy. Sandy ini diceritakan memiliki sepupu yang bernama Tara Dupont yang menjadi tokoh utama Autumn in Paris. Lalu, di buku kedua tersebut Tara bertemu dengan Ishida Keiko yang menjadi tokoh utama dalam Winter in Tokyo. Selanjutnya, kembaran Keiko, Ishida Naomi memainkan peran utama dalam buku terakhir, berpasangan dengan rekan kerja Jung Tae Woo, Danny Jo.

Satu ciri khas dari rangkaian novel ini adalah, seluruh tokoh utama wanita ini blasteran, setengah atau seperempat Indonesia :) sehingga pasti selalu ada adegan dimana mereka spontan berbahasa Indonesia dan kemudian menjelaskan dirinya keturunan Indonesia kepada tokoh lain.

Beraliran Metropop, bacaan ini memang terasa ringan. Alurnya pun terasa umum--biasa saja. Namun salut pada Ilana Tan, ending ceritanya yang tidak tertebak menarik para pembacanya untuk terus menelusur kisahnya, halaman demi halaman hingga akhir. 

Ohya, sewaktu saya googling mencari gambar cover novelnya untuk dimuat disini, saya menemukan softcopy serial ini, lengkap. Tertarik? Silakan diunduh disini:

Selamat membaca :)