Opera kehidoepan
Segala jang dipoenja
Boekan milik kita
Bahkan toeboeh dan djiwa
Tjoema pindjaman belaka
Harus rela djika diminta
Pengarang: N. Riantiarno
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit: Maret 2006
Tenang. Sisanya akan dituliskan dalam Ejaan yang Disempurnakan :D
Di Batavia, pada suatu masa, dua perempuan bersaing menjadi primadona.
Inilah kisah Kedjora, gadis dusun yang namanya naik secara tak
terduga.
Ini juga kisah Miss Ketjoeboeng, primadona yang mulai luntur
ketenarannya.
Dengan segala cara, Miss Ketjoeboeng berusaha menghadang langkah
Kedjora yang semakin mantap menjadi seorang bintang baru.
Kedjora pun menjadi rebutan dua grup opera yang terkenal pada masa
itu. Tanpa ia sadari, semakin jauh ia masuk ke dalam intrik dan skandal
terselubung di tengah tepuk tangan serta decak kagum para penggemarnya.
HANJA ADA SATOE PRIMADONA
NJANG LAEN TJOEMA EMBEL-EMBEL SADJA!
***
Yah, ini bukan hanya tentang Kedjora dan Ketjoeboeng saja. Setidaknya
ada Oembara, Baling, Petro, dan Tio sehingga kisah ini menjadi utuh.
Ini kisah sebuah opera yang didominasi oleh seorang primadona. Terlalu
lama didominasi. Seolah semua yang ada dalam opera tersebut tercipta hanya
untuk melayani dan menyokong sang Primadona bertengger di puncak ketenarannya.
Aktor lain tidak diperbolehkannya berkembang. Apalagi ada tanda-tanda calon
primadona, sudah pasti ancaman harus segera dibasmi. Ialah Miss Ketjoeboeng,
yang mendirikan Opera Miss Ketjoeboeng bersama sang produser sekaligus juga
suaminya, Tuan Petro.
Di samping Miss Ketjoeboeng, ada Rama Oembara, sang aktor primadona andalan
Opera Miss Ketjoeboeng. Duo ini yang selalu main lakon utama saat di panggung.
Sama-sama berkharisma dan memukau di atas panggung, sama-sama suka main gila di
belakang panggung. Miss Ketjoeboeng main gila dengan para lelaki pemujanya,
demi merasakan kesenangan dipuja-puji. Oembara, main gila demi melepaskan
dirinya dari tekanan Miss Ketjoeboeng karena dirinya sebagai aktor tak
berkembang jua. Memainkan lakon yang itu-itu
saja. Judul opera yang itu-itu saja. Karena primadona yang itu-itu saja (baca:
Miss Ketjoeboeng) inginnya keadaan tetap seperti itu saja.
Para anggota opera lain, memilih pasrah atas nasibnya. Namun saat
tanda-tanda primadona jelas terlihat pada Kedjora, seluruh anggota mendukung
baik terang-terangan maupun tidak.
Rama Oembara malah mengambil tindakan ekstrim. Ia memutuskan
mendirikan opera sendiri, dengan ia dan Kedjora menjadi primadonanya. Namun apa
hendak dikata, ternyata Kedjora lebih memilih setia pada yang memungutnya dulu
saat kecil, Petro. Akhirnya Oembara pergi tanpa membawa Kedjora.
Dengan hilangnya Oembara, otomatis drama-yang-itu-itu-saja tak bisa
dilakonkan dengan sempurna. Tak sempurna rasanya jika Oembara tak turut
memainkan. Maka sebuah rencana disusun sembunyi-sembunyi. Kedjora disiapkan
menjadi Primadona! Secercah harapan menyinari para anggota opera. Akhirnya,
akan ada angin segar bagi opera ini!
Namun sayang, rencana ini keburu tercium oleh Miss Ketjoeboeng. Bukan
main dongkol dan gelisah hatinya. Serta merta rencanapun disusun. Dari mulai
menikahkan Kedjora dengan Baling (padahal Kedjora senang dan disenangi Oembara.
Baling pada Kedjora hanya bertepuk sebelah tangan). Sengaja memilih Baling yang
hanya badoet dalam opera agar namanya tak terangkat akibat pernikahannya itu.
Lalu meminta dirinya jadi lakon utama dalam naskah terbaru yang sebenarnya
disusun untuk Kedjora. (Dengki dan iri hatinya bukan main....minta peran umur
17 tahun padahal dirinya sudah berumur 30 tahun K)
Semuanya jadi makin kacau saat Kedjora kena guna-guna di tengah
pentas. Semua anggota Opera menyalahkan Miss Ketjoeboeng atas kejadian ini.
Petro habis kesabaran dengan perilaku Miss Ketjoeboeng selama ini. Kedjora
telanjur sakit hati. Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Kedjora
akan membalas dendam? Bagaimana nasib Opera Miss Ketjoeboeng?
***
Novel yang satu ini terasa berbeda. Pake banget. Settingan dunia opera
berpadu latar waktu tahun 1925, kurang cakep apa cobaa :D. Kalau dilihat
tokohnya sih...emmm....berasa liat film zaman 80-an atau 90-an gitu kali ya.
Bisa melakukan hal ekstrim hanya karena hal sepele (atau dengan kata
lain...karakter tokohnya dangkal). Konfliknya agak pelik (dan tragis), jadi
nilai tambah buat novelnya. Kalau bosen baca novel yang rasanya gitu-gitu aja,
Primadona wajib dicoba J
4 of 5
Kehidoepan
opera
Tjandoe
kehidupan
Tjahaja
gemilang
Tawa ria
bahagia
Tangis
menghiba-hiba
Hanja
sandiwara belaka
Kehidoepan
opera
Nikmat
sesaat
Kenjataan
hidoep
Tak seperti
itoe
Saat sadar
dan terdjaga
Hanja rasa
sakit belaka
Opera
kehidoepan
Segala jang
dipoenja
Boekan milik
kita
Bahkan
toeboeh dan djiwa
Tjoema
pindjaman belaka
Harus rela
djika diminta
Jang kita
punja
Hanja rasa
sakit belaka
Rasa sakit
belaka
0 komentar:
Posting Komentar