Natsu
Cinta seperti sesuatu yang mengendap-endap di belakangmu. Suatu saat, tiba-tiba kau baru sadar, cinta menyergapmu tanpa peringatan.
mencintai, dalam bentuk apapun memang menyakitkan.
Sei
tidak, mencintai adalah hal yang paling indah di dunia ini, terutama ketika kau melihat orang yang kau cintai bahagia.
Aku mencintai Ai. Tidak tahu sejak kapan--mungkin sejak pertama kali dia menggenggam tanganku--aku tidak tahu mengapa, dan aku tidak tahu bagaimana. Aku hanya mencintainya, dengan caraku sendiri.
Ai, sudah terlambatkah aku untuk mencintaimu?
Ai
Aku bersahabat dengan Sei sejak kami masih sangat kecil. Saat mulai tumbuh remaja, gadis-gadis mulai mengejarnya. Entah bagaimana, aku pun jatuh cinta kepadanya, tetapi aku memilih untuk menyimpannya. Lalu, datang Shin ke dalam lingkaran persahabatan kami. Dia membuatku jatuh cinta dan merasa dicintai.
Jika aku jatuh cinta pada Sei, bukankah aku sudah mengkhianati Shin?
Shin
"Hal terpenting dalam cinta adalah persahabatan, dan hal terpenting dalam persahabatan...adalah cinta."
Selamat Tinggal.
***
Emm jadi inget nama-nama 4l@y yang suka seliweran di facebook kaya Guntur Tak Pernah Berhenti Bermimpi, Ajjie Tak Pernah Sedih, atau Mhy Chayyank Dyclallu *dijitak pengarangnya.
***
Novel karya Winna Efendi ini menceritakan kisah persahabatan antara Ai, Sei, dan Shin. Latar luar negeri yang digunakan penulisnya kerasa banget, jadi serasa baca bukunya pengarang luar beneran. Buku ini ringan tapi ngga ngebosenin sama sekali. Membaca setiap halamannya kaya ngeliat frame-frame adegan tokohnya secara nyata.
Buku ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama diceritakan dari sudut pandang Sei, sedangkan paruh kedua dari kacamata Ai. Mungkin karena karakter saya agak mirip Sei ya, sukanya mendem pikiran dan perasaan jadi saya bisa menghayati ceritanya Sei lebih dalam. Jujur pas bagian pertama itu saya sebeeeel banget sama Ai karena bikin Sei menderita (sempet mikir: sini Sei sama aku aja, jangan sama Ai).
Buku ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama diceritakan dari sudut pandang Sei, sedangkan paruh kedua dari kacamata Ai. Mungkin karena karakter saya agak mirip Sei ya, sukanya mendem pikiran dan perasaan jadi saya bisa menghayati ceritanya Sei lebih dalam. Jujur pas bagian pertama itu saya sebeeeel banget sama Ai karena bikin Sei menderita (sempet mikir: sini Sei sama aku aja, jangan sama Ai).
Kedua tokoh cowok, Sei dan Shin buat saya tokoh cowok yang hampir perfect inner beautynya. Sedang Ai, keegoisannya bikin yang lain menderita :(. Sampai akhir cerita pertama saya sentimen sama dia, haha. Untungnya semua tokoh disini jujur, ngga ada yang tukang boong dan ga jaim kalo salah. Jadi saya bisa maafin keegoisan Ai (?).
Hmm, dan entah kenapa sampe akhir cerita saya masih tetep ngerasa perpaduan nama Ai-darah Inggris Bali-rambut ikal merah-mata biru-kulit keemasan itu ngga sinkron. Sama kaya ngeliat tokoh (yang ceritanya) bule di dorama Jepang, tapi kelakuannya ga kaya orang asing sama sekali. Anyeeeeh.
Overall, this book is worth reading. Yang belom baca, ayo baca :)
0 komentar:
Posting Komentar